Hari Ibu tanggal berapa yah? Sepertinya semua orang sepakat, 22 Desember! Kecuali saya … #nyleneh.com 🙂 Coba pikir, mengapa sampeyan setuju begitu saja 22 Desember adalah hari Ibu…. Memang ada apa pada hari tersebut? Apakah hanya karena sekumpulan elit wanita mengadakan kongrres atawa seminar tentang Ibu, lalu sampeyan setuju hari itu dikukuhkan menjadi hari Ibu? Terlalu sederhana…
Menurut saya, hari Ibu jatuh pada tanggal 10 Februari. Menurut putri kecilku, hari Ibu jatuh tanggal 15 Januari. Sampeyan tahu kenapa? Karena 10 Februari adalah hari ketika IBU melahirkan saya. Dan 15 Januari adalah hari ketika putri keduaku, Rofifah Fatin (Ofi) dilahirkan ibunya. Itulah hari yang paling berhak menyandang gelar “Hari Ibu”. Hari itulah sang ibu berjuang keras berpeluh darah bertaruh nyawa untuk melahirkan kita. Hari yang paling pas sebagai hari Ibu. Setuju belih?
Jadi, hari Ibu berbeda bagi setiap orang. Pada hari tersebut sebagian orang memperingatinya, dan mereka sering menyebutnya sebagai hari ulang tahun.
Salah Kaprah
Pada hari ulang tahun, seseorang biasanya bergembira karena banyak menerima hadiah dari seluruh teman dan saudaranya. Termasuk hadiah istimewa yang paling ditungu-tunggu dari sang ibu dan ayahnya. Sampeyan tahu dimana letak salah kaprahnya?
Coba kita simak baik-baik 3 realita ini:
– Hari ulang tahun adalah tanggal ketika kita dilahirkan
– Orang yang paling berjasa atas kelahiran kita adalah IBU
– Hadiah semestinya diberikan pada orang yang berjasa
Adakah yang salah dari ketiga pernyataan di atas?
Jika ketiga pernyataan di atas benar, maka siapapun anda yang berulang tahun lebih pas kalau memberikan hadiah untuk sang Ibu. Jangan malah sebaliknya, salah kaprah!
Ups! ada yang lebih penting untuk anda ketahui, saya lanjutkan…
Seseorang yang berulang tahun pada hakikatnya dia sedang memperingati hari Ibu. Hari dimana ibunya bertarung habis-habisan untuk melahirkan kita. Tidak hanya sebatas itu, pasca melahirkan kita jadi anak rewel yang selalu menangis di tengah malam. Pipis, e-e sembarangan, dll.
Ibumu, Ibumu, Ibumu! Kemudian bapakmu…
Karena perjuangan, kasih sayang dan peran ibu yang begitu sangat besar, sampai-sampai Rasulullah SAW menjawab “ibumu” hingga tiga kali, baru kemudian “bapakmu” ketika ditanya siapa yang seharusnya paling dihormati.
Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi menjawab, ‘Kemudian bapakmu.” (HR. Bukhari – Muslim)
Mulai tahun ini
Tanggal 15 Januari kemarin adalah hari ulang tahun (tepatnya hari Ibu) untuk putriku, Ofi yang kini berusia 8 tahun. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Ofi memberi hadiah untuk sang ibu di hari kelahirannya. Ingin tahu apa hadiahnya? Sebotol soft drink rasa jeruk kesukaan ibunya! Kakaknya, Farros Salma alhamdulillah juga sudah terlebih dahulu memulai menerapkan kebiasaan ini. Bulan Juni lalu Farros memberi hadiah payung untuk ibunya.
Saya ingin agar anak-anak saya di hari kelahirannya dijadikan HARI IBU untuk mengenang jasa pahlawan sejati: ibunya. Bukan dia yang sepatutnya mendapatkan hadiah, tapi justeru dialah yang seharusnya memberi hadiah untuk ibunya.
Ofi, selamat ulang tahun…. Selamat memperingati hari Ibu. Semoga engkau menjadi anak shalihah yang kelak dapat memperbaiki nasib bangsa ini. Amin.
Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi dan jendela baru. Silakan share ke teman-teman.