Orang dapat menangis karena sedih, karena bahagia atau bisa karena terharu setelah berhasil mencapai sesuatu. Mungkin di antara kita ada yang pernah dengar, bahwa di tahun 1997 diberitakan bahwa Asmujiono seorang pendaki gunung asal Indonesia berhasil menginjakkan kakinya di puncak Mount Everest, gunung tertinggi di dunia. Ketika sampai di puncak, beliau bertakbir demi menyaksikan kebesaran Allah sambil menangis haru dan memeluk tripod yang merupakan penanda puncak Everest ( 8.848 m ). Ia kemudian mengibarkan Merah Putih
Nah, kalau seorang Asmujiono dapat menangis ketika mendaki puncak gunung setinggi 8.848m maka Rasul pun menangis ketika beliau ingat akan pendakiannya ke puncak alam semesta yang jaraknya bermilyard-milyard tahun perjalanan cahaya. Sebab diriwayatkan bahwa wahyu tentang renungan alam semesta (QS Ali Imran 190-191) yang membuat Rasul menangis, diterima setelah beliau melakukan Isra Miraj naik ke puncak langit.
Dengan demikian Nabi Muhammad tahu persis akan maksud ayat tersebut, karena telah merasakannya sendiri saat mi’raj ke puncak alam semesta. Ketika ayat tersebut turun, Rasul dapat merasakannya kembali sehingga beliau menangis menyaksikan kebesaran Allah yang luar biasa.
Catatan:
Artikel ini merupakan lanjutan khutbah gerhana dari posting sebelumnya.
Pendengar khutbah gerhana bulan rohimakumullah….
Oleh karena itu, agar kita semua dapat merasakan besarnya alam semesta…. Khatib ingin mengajak hadirin malam ini kita sama-sama naik pesawat antariksa. Mari kita sama-sama terbang ke atas, mendaki alam semesta hingga ketinggian 100 juta tahun cahaya….
Saat kita naik di ketinggian 10 M, kita masih dapat memandang wajah orang-orang di bumi dengan jelas. Setelah 100M tubuh orang anda terlihat kecil, sudah tidak dapat dikenali lagi wajahnya. Setelah ketinggian 1000 M, orang-orang sudah tidak terlihat. Yang kita lihat adalah kota tempat tinggal.
Saat ketinggian 100.000 M, kita melihat pulau. Saat ketinggian 10.000.000 M, kita melihat bulatnya bumi. Ketinggian 1 Milyard M, bumi terlihat kecil … dst.
Pendakian selengkapnya dapat anda klik: Artikel menarik tentang tafakur di Jarak 100 Juta Tahun Cahaya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd
Sidang shalat khusuf rohimakumullah….
Akhirnya di ketinggian 100 juta tahun cahaya, kita melihat milyaran galaksi… Allahu akbar! Maha besar Allah. Kita menangis sejadi-jadinya demi menyaksikan kebesaran Allah yang telah menciptakan alam semesta ini….
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd
Pendengar khutbah gerhana bulan rohimakumullah….
Kemudian apa hubungan antara kebesaran Allah dengan gerhana bulan yang sedang terjadi ini? Mari kita simak hadits ini:
Sesungguhnya matahari dan rembulan itu termasuk tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Oleh sebab itu, jika kalian melihat keduanya gerhana, maka bertakbirlah, berdoalah kepada Allah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah! ,,,(Shahih Muslim No.1499)
Jadi salah satu sunnah yang dilakukan dalam gerhana adalah bertakbir, membesarkan Allah dengan bertafakur tentang besarnya alam semesta sebagaimana pesan yang disampaikan dalam QS Ali Imran 190-191 yang menyebabkan Nabi menangis sangat lama, tenggelam dalam merenungi kebesaran Allah.
Pertanyaan terakhir…. Untuk apa kita harus bertakbir (membesarkan Allah)?
Temukan rahasianya, klik: khutbah Idul Adha tentang setting paradigma baru.