Saat gerhana, amal yang dianjurkan Rasul antara lain adalah banyak bertakbir dan sedekah. Saat Idul Adha, kedua amal tersebut (takbir dan sedekah) juga sangat dianjurkan. Takbiran Idul Adha dianjurkan hingga 4 hari, yaitu tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Di ke empat hari tersebut juga dianjurkan untuk bersedekah. Nilainya tidak main-main, dua setengah juta rupiah untuk seekor domba atau tujuh belas juta rupiah untuk seekor sapi. Sedekah hewan ini lazimnya disebut sebagai qurban. Itulah mengapa Idul Adha juga disebut dengan Idul Qurban.
Tegasnya, Idul Qurban dan gerhana memiliki dua kesamaan yaitu agar memperbanyak:
– Takbir, dan
– Sedekah
Yang menarik saat ini adalah, Idul Qurban dan gerhana terjadi berurutan. Setelah kita dianjurkan bertakbir (takbiran) dan sedekah (qurban) di tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah…. langsung disambung dengan anjuran memperbanyak takbir dan sedekah atas terjadinya gerhana bulan tanggal 14 Dzulhijjah.
Apakah rentetan peristiwan ini sebuah kebetulan? Tentu saja tidak! Bagi Allah tidak ada yang kebetulan. Semua peristiwa sudah ditentukan dengan Maha Teliti. Lantas ada apa di balik semua rentetan peristiwa ini?
Pembaca yang budiman, itulah kalimat pembuka yang saya lontarkan saat membawakan khutbah shalat gerhana bulan di Masjid Raya Taman Yasmin Bogor tanggal 14 Dzulhijjah kemarin. Semoga ini menjadi renungan bagi kita semua. Simak tuntas ringkasan khubah gerhana ini yuk….
Jamaah shalat khusyuf yang berbahagia…
Rentetan peristiwa ini barangkali merupakan teguran keras bagi kita semua. Mungkin kita kurang bertakbir (mengingat kebesaran Allah) dan kurang bersedekah! Atau jangan-jangan kita masih SALAH dalam bertakbir dan SALAH dalam bersedekah sehingga Allah sampai menggandeng peristiwa gerhana bulan dengan Idul Qurban. Mari kita bermuhasabah tentang hal ini.
Pertama, apakah takbir kita sudah benar?
Takbiran atau bertakbir dengan mengucap Allahu Akbar yang artinya Allah Maha Besar, sejatinya bertujuan untuk menanamkan kesadaran dalam jiwa kita bahwa Allah itu Maha Besar.
Jika seorang lurah dipanggil walikota, dan dalam waktu yang sama juga dipanggil oleh presiden, maka sudah pasti sang lurah lebih memilih menghadiri panggilan presiden. Mengapa? Karena lurah tahu persis, bahwa presiden kekuasannya lebih besar.
Mari kita ingat lagi, bahwa takbiran (bertakbir) fungsinya adalah untuk menanamkan kesadaran bahwa Allah Maha Besar. Jauh lebih besar ketimbang presiden, apalagi dibanding walikota.
Jika besarnya kekuasaan walikota hanya sebatas kota, kekuasaan gubernur hanya sebatas sebuah propinsi, kekuasaan presiden hanya sebatas satu negara…. Maka besarnya kekuasaan Allah meliputi seluruh negara. Bahkan meliputi seluruh planet, bahkan meliputi seluruh tata surya, seluruh galaksi dan seluruh alam semesta.
Karena itu jika kita mendengar adzan, yang merupakan panggilan Allah sang Maha Besar maka sudah sepatutnya menjadi prioritas untuk kita penuhi dengan hadir ke masjid untuk shalat berjamaah khususnya bagi laki-laki.
Ingatlah, bahwa adzan itu adalah panggilan Allah sang Maha Besar. Ini berdasarkan hadits “Jika engkau mendengar adzan, maka penuhilah panggilan Allah itu!”
Nah, jika kita dipanggil oleh Allah dan kita tidak mau ke masjid tapi mendatangi yang lain, artinya kita menganggap bahwa “yang lain” itu lebih besar ketimbang Allah. Allah tidak dianggap lebih penting. Konkretnya, takbir yang kita ucapkan masih sebatas lipstik penghias bibir, belum sampai meresap ke dalam hati. Tegasnya, takbir kita masih SALAH!
Dan… betapa banyak masjid kosong saat Allah memanggil kita! Itulah mengapa, kali ini Allah merentetkan peristiwa Idul Qurban dan gerhana sekaligus. Karena itu, mari kita perbaiki takbir kita, agar bisa meresap ke hati. Kita membesarkan Allah tidak sebatas di lisan, tapi kita wujudkan dalam perbuatan kita.
Kedua, apakah sedekah kita sudah benar?
Sebelum kita bermuhasabah apakah sedekah kita sudah benar atau belum, mari kita ketahui dulu beberapa fadilah sedekah. (Uraian tentang fadilah sedekah dapat anda baca selengkapnya di link yang akan saya tunjukkan di bawah ini).
Coba ingat-ingat, kapan terakhir kita bersedekah? Yang pasti, sedekah yang benar adalah bukan saat Ramadhan saja. Bukan setelah gajian saja, dan bukan tiap Jumat saja… Tapi sedekah yang benar adalah setiap pagi, sebagaimana sabda Rasul:
“Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)” (HR Bukhari)
Catatan penting:
Untuk mengetahui fadilah sedekah, dan bagaimana caranya agar kita bisa sedekah setiap pagi, dan mengetahui dahsyatnya sedekah pagi… klik: Yuk, Sedekah Pagi!
Jamaah shalat gerhana yang berbahagia, dalam rentetan Idul Qurban dan gerhana yang dua-duanya menganjurkan takbir dan bersedekah, mari kita bertanya pada diri sendiri:
“Sudah benarkah takbir dan sedekah kita?”
Barokallohu lii wa lakum | Teks Khutbah Shalat Gerhana – Ceramah Islami