Sudahkah shalat dengan cara shalat Nabi?
Sebagian orang mungkin bingung mau jawab apa… Semoga tidak termasuk anda, yah… 🙂
Begini… ambil satu case saja: apakah anda menggunakan sutrah pada saat shalat, atau mengabaikannya?
Jika kita ingin shalat dengan cara shalat Nabi, pakailah sutrah! Inilah sabdanya: “Janganlah kalian shalat kecuali dengan menghadap sutrah dan janganlah kalian biarkan seorangpun lewat di hadapanmu” (HR Muslim). Ibnu Khuzaimah juga meriwayatkan hadits yang senada.
Sutrah adalah benda pembatas shalat, letaknya di depan orang shalat atau agak ke kiri/kanan, sejauh 3 hasta (120 cm) dari tempat berdiri. Tinggi sutrah minimal 1 hasta, jarak antara siku dengan ujung jari tengah (±40 cm).
Benda-benda yang dapat dijadikan sutrah (di dalam masjid) adalah:
- Dinding
- Punggung orang
- Tiang
- Mimbar
- Benda-benda lainnya yang tingginya 1 hasta atau lebih.
Adapun saat di lapangan, Nabi pernah menggunakan tombak, barang bawaan, pelana kuda, pohon dll sebagai sutrahnya. Saat Rasulullah shalat di rumah (shalat sunnah tentunya), beliau pernah menggunakan tempat tidur sebagai sutrahnya. “Kadangkala beliau shalat dengan menghadap ke tempat tidur, sedangkan Aisyah RA berbaring di atasnya” (HR Bukhari – Muslim). Dalam shalat berjamaah, sutrah cukup pada imam. Makmum baris pertama tidak perlu lagi menggunakan sutrah.
Keterangan gambar:
Orang no.1 menggunakan dinding sebagai sutrahnya
Orang no.2 menggunakan punggung orang sebagai sutrahnya
Orang no.7 menggunakan tiang sebagai sutrahnya
Orang no.3, 4, 5, 6 tidak menggunakan sutrah, walaupun menggunakan sajadah. Sajadah tidak dapat dianggap sebagai sutrah karena tingginya kurang dari 1 hasta (±40 cm).
Sekarang sudah jelas, bukan? Lantas… apa sih, manfaat sutrah?
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa “Jika salah seorang dari kalian shalat menghadap sutrah, hendaklah ia mendekatinya sehingga setan tidak memutus shalatnya” (HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Thabrani, Hakim, Baihaqi).
Maksud “mendekatinya” adalah, jarak orang shalat dengan sutrah tidak terlalu jauh, tapi hanya seukuran 3 hasta. “Dan beliau Rasulullah SAW berdiri dekat dengan sutrah, dengan jarak tiga hasta” (HR Bukhari, Ahmad).
Adapun kata “memutus” maksudnya adalah membatalkan! Demikian penjelasan Syekh Nashiruddin Al Albani dalam buku tuntunan shalatnya yang berjudul Sifat Shalat Nabi. Bahkan menurutnya, pemakaian sutrah dalam shalat hukumnya wajib.
Jadi, jika ada orang shalat tidak memakai sutrah dikhawatirkan akan terputus atau batal shalatnya oleh ulah setan. Inilah rahasia sutrah… rahasia shalat Nabi. Ayo, sempurnakan shalat kita dengan memakai sutrah…
***