Posting ini merupakan lanjutan Khutbah Idul Adha yang saya tulis sebelumnya dengan judul “Setting Paradigma Baru untuk Idul Qurban.”
3 jenis dzikir dalam lafadh takbiran :
1. Allahu Akbar 3x (dzikir takbir)
2. Laa ilaaha illallahu Allahu akbar (dzikir tauhid)
3. Allahu akbar, wa lillahil hamdu (dzikir tahmid)
Penjelasan dzikir pertama (dzikir takbir) dapat dibaca di teks khutbah Idul Adha sebelumnya.
Sidang Ied yang berbahagia…
Kemudian, dzikir kedua dalam takbiran adalah “dzikir tauhid” Laa ilaaha illallah. Dzikir tauhid bertujuan untuk mengukir keyakinan tentang keesaan Allah. Allah itu tidak ada tandingannya, Allah itu tidak boleh diduakan.
Laa ilaa ha illallah. Tiada tuhan selain Allah. Tuhan adalah sesuatu yang disembah, dipentingkan, ditakuti, diharap, dicintai dsb….
Karena itu, Laa ilaaha illallah juga berarti tiada yang lebih dicintai selain Allah. Tiada yang lebih ditakuti selain Allah, tiada yang lebih dipentingkan selain Allah.
Saat ada yang korupsi dan merasa aman karena tidak ada yang tahu. Bukankah ini artinya dia lebih takut kepada manusia ketimbang Allah yang Maha Melihat? Bukankah seharusnya tiada yang lebih ditakuti selain Allah?
Saat kita membaca koran, kemudian ada panggilan Allah hayya ala shalah dan kita tetap asyik membaca koran, enggan shalat berjamaah, itu artinya koran lebih dipentingkan daripada Allah. Maka dalam hal ini dzikir tauhid kita adalah nol besar. Bukankah semestinya laa ilaaha illallah itu tiada yang lebih dipentingkan selain Allah? Tapi mengapa koran lebih dipentingkan ketimbang Allah.
Karena itu, dalam takbiran kita diingatkan dengan dzikir tauhid. Agar kita selalu ingat bahwa tiada Tuhan selain Allah. Tiada yang lebih dicintai selain Allah. Tiada yang lebih ditakuti selain Allah, tiada yang lebih dipentingkan selain Allah.
Salah satu contoh riilnya adalah kita mau meninggalkan koran, meninggalkan TV, meninggalkan pekerjaaan, atau meninggalkan apa saja demi memenuhi panggilan Allah untuk shalat berjamaah di masjid ketika mendengar panggilan adzan, khususnya untuk kaum laki-laki.
Contoh kongkret lainnya adalah ketaatan Nabi Ibrahim.
Yang pasti, Nabi Ibrahim sangat mencintai Ismail…. Seorang anak yang tampan, cerdas dan taat kepada orang tua. Tapi Nabi Ibrahim lebih cinta kepada Allah ketimbang cintanya kepada anak. Karena itu, Ibrahim mau meneyembelih anaknya demi cintanya kepada Allah.
Inilah makna kalimat tauhid laa ilaaha illallah: Tiada Tuhan selain Allah. Tiada yang lebih dicintai selain Allah. Tiada yang lebih dipentingkan selain Allah, tiada yang lebih ditakuti selain Allah.
Ringkasnya, ketaatan Nabi Ibrahim dalam menyembelih anak kesayanganya adalah karena Nabi Ibrahim berpegang teguh pada hakikat kalimat tahlil.
Hadirin sidang Ied Rahimakumullah…
Kemudian dzikir ketiga dalam takbiran adalah dzikir tahmid, “Wa lillaahil hamd” yang artinya dan milik Allahlah segala puji. Dzikir tahmid bertujuan untuk memunculkan keyakinan bahwa manusia itu lemah, tidak berdaya, tidak memiliki apa-apa. Tidak ada yang patut dipuji, karena segala puji adalah milik Allah. Dzikir ini untuk mengikis kesombongan manusia.
Itulah 3 dzikir utama dalam sebuah takbiran.
Ringkasnya adalah:
Pertama, dzikir takbir untuk memunculkan keyakinan bahwa Allah Maha Besar, sehingga panggilan Allah tidak dianggap kecil.
Kedua, dzikir tahlil agar kita tidak menomorduakan Allah.
Ketiga, dzikir tahmid agar kita menjadi orang yang rendah hati, tidak sombong.
Di hari raya Iedul Adha ini, kita disunahkan mengumandangkan takbiran selama 4 hari. Itulah bukti bahwa Iedul Adha lebih agung ketimbang Idul Fitri.
Sidang Ied yang berbahagia…
Adapun alasan keempat, mengapa Idul Adha lebih agung ketimbang Idul Fitri adalah karena Idul Adha memiliki sejarah yang luar biasa. Sejarah ini diabadikan oleh Allah dalam Al Quran surat As Shafat dan dalam ritual ibadah haji.
***
Khutbah Idul Adha dilanjutkan dengan menceritakan kisah Nabi Ibrahim menyembelih Ismail yang berdasarkan Al Quran surat As Shaffat ayat 100 – 105. Semoga bermanfaat.